WASHINGTON - Sekitar 90.000 catatan militer AS bocor. Dua surat kabar dan majalah dengan akses ke dokumen-dokumen melaporkan pada hari Selasa waktu setempat (16/8) bahwa catatan itu dikumpulkan dari serangan-demi serangan selama enam tahun perang Afghanistan, termasuk insiden yang tidak dilaporkan dari pembunuhan warga sipil Afghanistan serta operasi-operasi rahasia melawan tokoh Taliban. Organisasi online Wikileaks diperkirakan memposting dokumen tersebut pada situs webnya pada hari Minggu waktu setempat (16/8). Kantor berita New York Times, Guardian London dan surat kabar mingguan Jerman Der Spiegel diberi akses awal ke dokumen itu.
Gedung Putih mengutuk pengungkapan dokumen tersebut, mengatakan "menempatkan kehidupan Amerika dan mitra kami dalam risiko."
Dalam pernyataannya, penasehat keamanan nasional Gedung Putih Jenderal Jim Jones bersusah payah untuk menunjukkan bahwa dokumen-dokumen tersebut menggambarkan periode dari Januari 2004 sampai Desember 2009, selama pemerintahan Presiden George W. Bush.
Itu sebelum "Presiden Obama mengumumkan strategi baru dengan peningkatan yang substansial dalam sumber daya untuk Afganistan, dan meningkatkan fokus pada surga aman al Qaeda dan Taliban di Pakistan, justru karena situasi yang suram yang telah dikembangkan selama beberapa tahun," kata Jones.
Kantor berita Times mengatakan dokumen-dokumen itu termasuk telegram yang diklasifikasikan dan penilaian antara pejabat militer dan diplomat - menggambarkan kekhawatiran AS bahwa dinas intelijen Pakistan benar-benar membantu perlawnan Afghanistan.
Menurut pemberitaan Times, dokumen-dokumen itu menyiratkan bahwa Pakistan "memungkinkan perwakilan layanan mata-mata untuk bertemu langsung dengan Taliban dalam sesi strategi rahasia untuk mengatur jaringan dari kelompok-kelompok militan yang berperang melawan tentara Amerika di Afghanistan, dan bahkan merencanakan untuk membunuh para pemimpin Afghanistan."
Selengkapnya Baca Disini
Gedung Putih mengutuk pengungkapan dokumen tersebut, mengatakan "menempatkan kehidupan Amerika dan mitra kami dalam risiko."
Dalam pernyataannya, penasehat keamanan nasional Gedung Putih Jenderal Jim Jones bersusah payah untuk menunjukkan bahwa dokumen-dokumen tersebut menggambarkan periode dari Januari 2004 sampai Desember 2009, selama pemerintahan Presiden George W. Bush.
Itu sebelum "Presiden Obama mengumumkan strategi baru dengan peningkatan yang substansial dalam sumber daya untuk Afganistan, dan meningkatkan fokus pada surga aman al Qaeda dan Taliban di Pakistan, justru karena situasi yang suram yang telah dikembangkan selama beberapa tahun," kata Jones.
Kantor berita Times mengatakan dokumen-dokumen itu termasuk telegram yang diklasifikasikan dan penilaian antara pejabat militer dan diplomat - menggambarkan kekhawatiran AS bahwa dinas intelijen Pakistan benar-benar membantu perlawnan Afghanistan.
Menurut pemberitaan Times, dokumen-dokumen itu menyiratkan bahwa Pakistan "memungkinkan perwakilan layanan mata-mata untuk bertemu langsung dengan Taliban dalam sesi strategi rahasia untuk mengatur jaringan dari kelompok-kelompok militan yang berperang melawan tentara Amerika di Afghanistan, dan bahkan merencanakan untuk membunuh para pemimpin Afghanistan."
Selengkapnya Baca Disini
0 comments:
Post a Comment